Rabu, 18 April 2012


MATERI ULANGAN KENAIKAN KELAS X
TAHUN PELAJARAN 2011/2012

PELAJARAN 10
PENGARUH GAYA HIDUP TERHADAP KELUARGA
Keluarga di masa kini menghadapi masalah yang komplek, seperti yang dijelaskan di bawah ini:
1.      Kemajuan Komunikasi dan Kemudahan Pemerolehan Informasi
Kemajuan dalam kounikasi dan pemerolehan informasi memberi dampak positif dan negatif. Dampak positif: Dapat berkomunikasi dengan anggota keluarga yang jauh (jauh jadi dekat), mampu memperoleh informasi dengan mudah sehingga dapat belajar dan mengembangkan diri.
Dampak negatif: Masing-masing anggota keluarga sibuk dengan telepon genggam sehingga jarang berkumpul dengan anggota keluarga (dekat jadi jauh). Ada kemungkinan besar anggota keluarga mengakses situs pornografi, adanya perselingkuhan, penculikan melalui situs sosial.
2.      Perempuan yang Bekerja di Luar Rumah
Di era modern ini sudah merupakan hal yang biasa jika para perempuan bekerja untuk mencari nafkah/bekerja di luar rumah. Setujuhkah Anda jika seorang perempun yang sudah menikah dan memiliki anak bekerja? Pada dasarnya perempuan bekerja di luar rumah itu boleh, namun fungsinya sebagai ibu rumah tangga tidak boleh diabaikan.
3.      Workaholik (Bekerja Tanpa Henti)
Waktu adalah uang seringkali menjadi slogan masyarakat di era modern ini, sehingga bekerja tanpa henti menjadi gaya hidup. Bekerja memang penting dan menjadi keharusan, namun juga harus ada waktu untuk istirahat, Tuhan, keluarga dan rekreasi.
4.      Gaya Hidup “Modern”
Ciri gaya hidup modern: Makana cepat saji, nongkrong di cafe, fashion yang mengikuti trend.
5.      Kekerasan dalam Kelurga
Kekerasan dalam rumah tangga seringkali didapat dari tayangan media massa yang memberikan contoh tindakan kekerasan dalam rumah tangga. Oleh sebab itu seluruh aggota keluarga perlu bijaksana dalam melihat tayangan media massa, khususnya anak-anak harus diawasi.

PELAJARAN 11
Tanggung Jawab Orang Tua Terhadap Anak
Pelajaran ini merupakan bekal bagi anak ketika menjadi orang tua sehingga mampu menjadi orang tua dan melaksanakan fungsinya dengan baik dan nantinya menghasilkan keturunan yang baik pula. Ada beberapa wujud tanggung jawab orang tua terhadap anak, yakni:
1.      Mengasihi
Prinsip dalam mengasihi anak: Anak-anak adalah titipan Tuhan yang harus memperoleh kasing sayang orang tua, Mengasihi anak tidak berarti memenuhi semua tuntutan dan permintaan anak, Mengasihi juga berarti menghormati anak sebaga pribadi yang utuh yang memiliki harkat dan martabat kemanusiaannya.
2.      Mencukupi Kebutuhan Anak
Pemeliharaan ini dalam aspek: Jasmani (kebutuhan sandang, pangan dan papan), Kerohanian (mengenalkan anak kepada Tuhan), Psikologis (menciptakan suasana aman, nyaman)
3.      Mendidik
Ulangan 6:4-9 menuliskan perintah Allah pada tiap orang tua untuk mendidik anak-anaknya mengenal Tuhan dalam segala kondisi dan situasi. Baik buruknya seorang anak sangat ditentukan oleh asuhan yang diberikan keluarganya.
Melaksanakan tanggung jawab terhadap anak terhadap anak memang tidak mudah, tetapi dengan berpegang pada hikmat yag datang dari Allah (Amsal 9:10), maka orang tua dimampukan untuk menjalankannya dengan baik.

Pelajaran 12
Tanggung Jawab Anak Terhadap Orang Tua

Pelajaran ini memiliki tujuan supaya anak mengetahui dan menerima tugasnya sebagai anak terhadap orang tua, anak menghormati orang tua sesuai dengan Firman Tuhan. “Hai anak-anak taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian (Efesus 6:1-3).
Ketaatan dan kepatuhan anak terhadap orang tua didasarkan pada pemahaman sebagai berikut:
1.      Orang tua adalah wakil Allah dalam upaya mendidik anak. Segala nasihat dan bimbingan orang tua memiliki tujuan mulia dari Allah untuk kehidupan keluarga (Amsal 1:8-9).
2.      Orang juga manusia biasa yang juga memiliki keterbatasan dan kelemahan oleh karena itu mereka juga mungkin berbuat salah.
3.      Ketika usia lanjut, orang tua akan mengalami kemunduran fisik dan cara berpikir, oleh sebab itu anak harus memahami dan mengerti orang tua yang sudah mulai pikun.
Di era modern ini tidak sedikit orang tua yang pikun di titipkan di panti asuhan dengan alasan: orang tua tersebut tidak memiliki anak ataupun sanak keluarga, tidak ingin merepotkan anak-anak dan keluarga, anak kurang mampu merawat orang tua atau anak-anak tidak ingin ditumpangi oleh orang tua yang sudah lanjut usia. Orang tua yang dititipkan di panti asuhan itu boleh saja dan juga baik, namu alangkah lebih baik jika orang tua dirawat sendiri sebagai wujud kasih sayang anak terhadap orang tua.

Pelajaran 13
Keluarga dan Sekolah Sebagai Lembaga Pendidikan
1.      Keluarga sebagai Lembaga Pendidikan
Dalam Alkitab ditegaskan bahwa tugas pendidikan adalah tugas utama orang tua. Keluarga adalah lembaga pendidik pertama dan utama (orang tualah yang pertama kali mendidik anak, orang tua yang paling banyak memiliki waktu bersama dengan anak, tugas utama yang mendidik anak adalah orang tua). Pendidikan kepada anak juga dapat dimulai sejak dalam kandungan.
2.      Tujuan
a.       Membina watak dan keahlian. Makna terdalam dari pendidikan adalah mempersiapkan seseorang untuk memiliki keahlian, sikap dan watak serta pikiran yang baik dan maju sebagai bekal untuk hidup di masyarakat.
b.      Membebaskan. Pendidikan bertujuan membebaskan anak dari ketergantungan, sehingga anak dapat mandiri.
3.      Hubungan Sinergis antara Keluarga dengan Sekolah dalam Pelaksanaan Pendidikan. Keluarga dan sekolah harus bersama-sama saling mendukung dalam melaksanakan tugas pendidikan bagi anak, harus ada hubungan timbal balik antara keluarga dengan sekolah. Orang tua perlu menjaga komunikasi dengan guru sehingga dapat mengikuti perkembangan belajar anaknya, dan sebaliknya anak-anak wajib membicarakan dengan orang tua berbagai kendala yang dihadapinya di sekolah.
4.      Belajar dari Kasus-kasus yang Terjadi dalam Masyarakat
Ada banyak kasus yang terjadi ketika keluarga tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan. Keluarga ang tidak harmonis cenderung menghasilkan anak-anak yang kurang percaya diri dan labil, lebih-lebih lagi jika anak-anak lari kepada jalan yang salah (narkoba, miras, free sex). Dalam situasi seperti ini anak perlu mendapat bimbingan sehingga mendapat solusi yang tepat.



PELAJARAN 14
MENJADI MURID YESUS KRISTUS
1.      Mewujudkan Identitas Sebagai Murid Kristus
Ketika kita meu menjadi murid Kristus, berarti kita bersedia dan rela mengikuti kehendak guru kita, yakni Yesus. Yang harus kita kerjakan untuk mewujudkan identitas kita sebagai murid Kristus adalah: Mewujudkan kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama (Mat. 22:37-40), dan menjadi saksi Injil Yesus Kristus (Mat. 28:19-20)
2.      Mengikut Yesus
Ada beberapa konsekwensi dalam mengikut Yesus (Luk. 9:22-26), yakni:
a.       Menyangkal diri (Maat. 16:24): Menyatakan tidak pada diri kita untuk hal yang bertentangan dengan Firman Tuhan walaupun terasa sakit dan merugikan kesenangan pribadi.
b.      Mengutamakan Yesus dalam Hidup (Luk. 14:26). Ketika kita menjadi murid Kristus, komitmen kita kepada Yesus lebih diutamakan daripada terhadap yang lain.
c.       Memikul Salib: Rela menderita karena iman kepada Yesus, memberitakan Injil, atau rela dianiaya karena kebenaran Firman Tuhan. Contoh rasul paulus yang mau menderita karena memberitakan Injil.
d.      Mengikut Dia: Mengikuti teladan, ajaran dan kehendak Kristus. Kita harus rela melepaskan diri dari gaya hidup yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan
3.      Menanggapi Panggilan Yesus Kristus
Sebagai murid Kristus kita harus memberitakan Injil dimanapun kita berada, misalnya: memberi contoh yang baik bagi keluarga, menjadi panutan bagi masyarakat, menjadi anak yang mampu menjaga pergaualan. Intinya dimanapun kita berada kita harus mewujudkan identitas kita melalui perkataan, sikap dan perbuatan kita.

PELAJARAN 15
MENGHARGAI ORANG LAIN
Jika kita memperhatikan tindak kejahatan di jaman sekarang ini ternyata semakin meningkat kualitas dan kuantitasnya. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya rasa menghargai diri sendiri dan orang lain. Misalnya menempatkan rasa “aku” atau ego sebagai pusat dari segalanya, sehingga diri kita tidak boleh disakiti namun orang lain boleh disakiti.
Sebagai murid Kristus kita harus mengikuti teladan Kristus yakni pengajaran cinta kasih. Sikap yang Tuhan Yesus perlihatkan kepada orang-orang yang ditemuin-Nya dan menemui-Nya, ucapan yang Ia sampaikan, tindakan yang Ia lakukan, semua itu menunjukkan Yesus mengasihi mereka tanpa pamrih, Yesus begitu menghargai orang lain.
Setiap manusia diciptakan menurut gambar menurut gambar dan rupa Allah (Kej. 1:26) dann di hadapan Tuhan semua manusia berharga (Yes. 42:4).

PELAJARAN 16
PERSAHABATAN

Pengajaran Alkitab tentang persahabatan Adalah:
1.      Kekuatan kasih
Persahabatan daud dengan Yonathan merupakan kisah persahabatan yang patut diteladani.  Mereka menjalin persahabatan dengan sikap tulus, setia dan bersedia untuk memberikan yang terbaik satu dengan yang lainnya (1Sam. 18 dan 20). Yonathan mengasihi Daud seperti jiwanya sendiri. Paulus mengajarkan kasih dalam menjalin hubungan dengan orang lain (1Kor. 13). Kasihlah yang mengikat satu dengan yang lainnya dan ikatan kasih mampu menembus batas suku, golongan, status, jenis kelamin, agama.
2.      Yesus sebagai teladan yang setia
Alkitab memberitakan bahwa Yesus adalah sahabat bagi mereka yang dikucilkan masyarakat. Yesus juga memberikan teladan tentang mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri:
a.       Memberikan pertolongn yang dibutuhkan orang lain tanpa memperhatikan perbedaan suku, keyakinan, status, maupun kondisi.
b.      Memperbaiki hubungan yang tidak beres antara kita dengan sesama.
c.       Melayani dengan merendahkan diri-Nya
d.      Memberikan perintah untuk saling mengasihi
e.       Mempercayakan dengan cara memberi kesempatan/Memaafkan teman yang bersalah
f.       Memberikan nyawa-Nya
3.      Persahabatan dengan Dunia
Dalam kitab Yakobus 4:1-10 mengingatkan kita untuk tidak membangun persahabatan dengan dunia. Contoh persahabatan dengan dunia adalah bergaul dengan orang-orang yang memiliki kebiasaan yang tidak benar, memakai obat-obatan terlarang, sek bebas, merokok, pornograpi, suka kekerasan dan hal-hal lain yang merusak.

PELAJARAN 17
PACARAN

Pengertian Pacaran adalah hubungan khusus antara lawan jenis (pria dengan perempuan) dengan tujuan saling mengenal dan nantinya hubungan ini akan dilanjutkan dengan hubungan pernikahan yang memiliki asas hukum dan teologis.
1.      Cinta
Cinta adalah hubungan antara lawan jenis yang akan menyiapkan diri menjadi pasangan yang saling memberi dan menerima dan saling menghargi satu dengan yang lainnya. Cinta adalah anugerah Tuhan.
Cinta ada dua kategori: Cinta emosi (cinta yang misterius, datang dan pergi bagaikan angin, diungkapkan lewat syair, lagu, cenderung lebih emosional), Cinta rasional (didominasi dengan rasio, diwujudkan dalam tindakan:care, responsibility, respect, dan knowlegde).
Didalam alkitab cinta di wujudkana dalam kasih. Ada beberapa macam kasih;
a.       Agaphe (cinta tanpa pamrih yang berasal dari Tuhan kepada manusia)
b.      Storge (Cinta hubungan darah, sifatnya membantu, perhatian, tulus, melindungi)
c.       Filia (Cinta persahabtan/teman)
d.      Eros (Cinta birahi/seks, sumbernya pada daya tarik antar lawan jenis)
Ciri-ciri orang jatuh cinta: bila bertemu merasa bahagia dan ingin dekat selalu, kadang ada rasa canggung, rindu, kurang tertarik lagi dengan orang lain, rela berkorban untukknya, mengalami perasaan yang aneh, sulit digambarkan
2.      Seks
Seks adalah anugerah dari Tuhan yang baik, indah, nikmat dan hanya boleh dilakukan oleh seseorang yang sudah memiliki hubungan pernikahan dengan pasangannya yang syah. Seks bukanlah alat untuk memuaskan diri atau hanya untuk senang-senang saja, oleh sebab itu semua orag percaya khususnya anak muda remaj harus menjaga diri jngan sampai terjerumus dalam pergaulan seks bebas dan sek bebas.
Jika seseorang sudah melakukan hubungan sek sebeklum adanya pernikahan, maka orang tersebut berdosa. Namun jika orang tersebut minta ampun dan berkomitmeen untuk tidak melakukan lagi maka Tuhan akan mengampuni, tetapi konskwensi tetap akan ditanggung oleh keduanya.
3.      Kencan atau Pacaran
Hal yang penting dan perlu diperhatikan dalam berpacaran adalah:
a.       Mengenal sifat, kebiasaan dan corak kepribadian satu dengan yang lain
b.      Belajar bagaimana berhubungan dengan yang baik dan mengembangkan komunikasi
c.       Melatih diri untuk mendekatkan kepada Tuhan dan mencari tahu apa yang Tuhan mau
d.      Belajar untuk membuka hati, berbagi perasaan dengan pasangannya sebagai latihan dalam menghadapi persolan bersama-sama
e.       Untuk mencintai dan dicintai dengan belajar saling memberi dan menerima
f.       Untuk menikmati masa-masa yang indah bersama orang yang dikasihinya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar